Monday, February 28, 2011

Neil Si Doktor Harimau Sumatera

Jangan pernah percaya, bahwa organ tubuh harimau sebagai obat mujarab untuk kesehatan. Semua itu hanya sebagai dorongan ekonomi agar perdagangan satwa liar kian diminati. Itulah pendapat Neil Franklin warga negara Inggris yang meraih gelar Doktor Harimau Sumatera.

Unik rasanya memiliki gelar doktor Harimau Sumatera. Apa lagi orang yang meraih gelar itu justru berasal dari luar negeri. Neil begitu sapaan akrabnya yang lahir di Inggris pada November 1969 silam. Suami dari Ida Kartikasari ini, merupakan alumni Universitas Oxford pada tahun 1992 lalu. Usai kuliah, bapak dari tiga bocah ini melanjutkan pendidikannya untuk meraih gelar doktor.

Tak tanggung-tanggung, gelar doktor yang dia buru adalah Harimau Sumatera. Pada tahun 2001 gelar itu pun dia raihnya dari Universitas York di Inggris. Indonesia, bukanlah negara asing baginya. Sejak duduk di bangku SMA pada tahun 1983 silam, pria ini sudah sering mondar mandir ke Sumatera. Maklum, saat itu orangtuanya lagi memiliki bisnis pembangunan pabrik semen di Aceh.

Kebiasaanya yang di Sumatera, membuat hatinya tergugah untuk berkiprah di negara orang lain. Sebulan sebelum meraih gelar doktor itu, sebuah iklan di media massa menampilkan kesempatan bergabung untuk beraktivitas bidang konservasi.

"Tiba-tiba salah satu teman memberikan kutipan iklan dari koran yang meminta kandidat-kandidat untuk bergabung dalam 'Expedisi Survei Badak Sumatera'. Dengan perasaan bahwa hidup masih panjang, pengalaman masih kurang, dan dengan rasa penasaran tentang Indonesia yang belum terpenuhi, saya memutuskan untuk bergabung dengan expedisi itu. Dan akhirnya tiba kembali di Indonesia tahun 1993," tutur Neil dalam perbincangan dengan detikcom.

Beranjak dari aktivitas yang berbau lingkungan, Neil penasaran untuk terus mendalami soal lingkungan di Indonesia. Dia mengalami korsevasinya dalam Ekspedisi Badak Sumatera yang sempat bermitra dengan NGO lainnya, seperti WWF dan Yayasan Badaka Sumetara. Suatu outcome yang terbaik dari tugas tersebut adalah membangun program suaka badak. Ini merupakan program anti perdagangan satwa liar, dan program patroli dan pengaman satwa langka yang masih berlanjut sampai hari ini.

"Sebuah pengalaman yang tidak terlupakan di sumetara. Bertahun-tahun hidup sederhana di antara keindahan alam dengan bertemu berbagai jenis satwa liar. Saya hilir mudik dari satu kawasan hutan Sumbar, Jambi, Bengkulu, Sumsel dan Riau. Malah saat melakukan survei, pernah dikejar kelompok pemburu liar di tengah hutan," kenang Neil yang sebagaian besar hidupnya lebih lama di Indonesia ketimbang di tanah kelahirannya.

Dari ekspedisi Badak Sumatera, Neil pun beralih melakukan survei terhadap Harimau Sumatera. Perjalannya di kawasan hutan, dia dapat menyaksikan bagaimana masyarakat pendalaman yang bergantung pada keramahan lingkungan untuk kesejahteraan keluarganya.

Dari situlah dia belajar bahwa konservasi alam tidak ada artinya kalau tidak dikaitkan dengan peningkatan kualitas hidup dari masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan sangat penting dan seharusnya saling mendukung dalam pembangunan yang berkelanjutan.

Dari sekian banyak satwa liar yang ada di Sumatera, baginya kehidupan satwa langka Harimau Sumatera paling unik dan menarik. Harimau Sumatera memiliki status khusus dalam kebudayaan masyarakat. Keberadaan Harimau seakan tidak pernah lekang dari keyakinan dan kepercayaan masyarakat bahwa macan sebagai Datuk alias Kakek yang sampai kini diyakini banyak orang. Satwa ini bagi masyarakat selain si raja hutan, juga merupakan wujud tanda penghukum sekaligus pelindung. Itu dibuktikan masyarakat pedalaman memberikan penghormatan khusus bagi harimau satwa yang hidup berdampingan di tengah hutan belantara.

Dalam melaksanakan survei Harimau Sumatera ini, Neil sempat bekerja sama dengan Departemen Kehutanan. Kegiatan yang dilakukannya pun didukung dana dari Kanada, Amerika Serikat dan Inggris. Selama 7 tahun program ini menjadi "pioneer" dalam pengelolaan, menghitung dan pemahaman ekologi harimau dan tantangan konservasi harimau dan habitatnya. Program ini juga meneliti masalah konflik manusia-harimau, serta melaksanakan penangkapan dan relokasi harimau yang bermasalah.

"Tujuan dari semua itu untuk mengintegrasikan konservasi harimau dan biodiversiti dalam lanskap yang dikelola di sektor kelapa sawit, kehutanan dan perkebunan," kata Neil.

Dari berbagai survei terkait perdagangan Harimau Sumatera selama ini, dapat dipastikan, bahwa organ tubuh satwa dilingdungi itu memang sangat banyak peminatnya. Isu terus berkembang bahwa obat-obatan tradisional dari organ tubuh macan dianggap obat paling mujarab untuk kesehatan.

Walaupun banyak obat tradisional memiliki kekuatan berdasarkan ilmu yang terbukti, urusan tubuh harimau itu urusan lain lagi. Menurut Neil, sudah terbukti secara ilmiah bahwa tidak ada efek pengobatan, bahkan ini sudah disetujui para ahli obat-obatan tradisional di dunia. Masalah perdagangan ilegal organ tubuh ini murni didorong faktor ekonomi dan keserakahan manusia. Sebuah komoditi yang semakin langka, tentu semakin mahal. Bagian tubuh harimau diperjualbelikan hanya karena kelangkaannya itu.

"Para pembeli dibohongi untuk membeli sesuatu yang eksklusif, tapi yang di-untungkan para perdagang dan middleman, bukan konsumennya. Sementara rantaian perdagangan ilegal ini merupakan faktor penting yang mendorong harimau Sumatera semakin langka di hutan alam Indonesia," imbuh Neil yang sempat bekerja di PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) perusahaan kertas di Riau itu.

Bagi para pedagang, kepunahan harimau mungkin dianggap urusan kesekian. Semakin langka jenis satwa itu, maka dengan sendirinya harga dipasaran internasional kian mahal. "Andai saja kelak harimau ini punah, maka para pedagang akan kembali mengisukan organ kambing sebagai sebagai obat mujarab. Jadi jangan pernah percaya, kalau organ tubuh harimau merupakan obat tradisonal yang topcer," kata Neil yang kini bekarie sebagai konsultan independent itu.

Konflik antara harimau dan manusia yang sering terjadi saat ini tidak lain karena pakan harimau yang sudah langkah akibat perburuan manusia. Ketika sumber makanan tidak tersedia lagi, maka dengan sendirinya harimau mencari makan di luar kebiasaannya. Ini belum lagi habitatnya kian hari kian menyempit. Kondisi itu melahirkan konflik yang berkepanjangan dengan manusia.

"Pemerintah bersama masyarakat harus berkerja keras untuk menyelamatkan kawasan hutan dan harimau yang tersisa. Bila tidak, semua hanya tinggal dongen belaka," sambung Neil.

Bagi Neil, Indonesia sangat menarik, karena begitu banyak tantangan pembangunan. Pun begitu masih penuh dengan potensi untuk belajar dari kesalahan pembangunan negara-negara lain. Indonesia, karena luas dengan masyarakat yang kreatif, dan sumber daya alam yang besar, bagi Neil masih mempunyai potensi untuk menjadi negara yang sustainable.

"Oleh karena itu masih punya potensi besar untuk maju pesat dan dibanggakan di dunia ini. Saya sangat optimis tentang ini baik untuk keberadaan harimau Sumatera dan juga untuk pembangunan berkelanjutan Indonesia secara luas," tutup Neil.

FUI dilarang menginap di istana!!

Forum Umat Islam (FUI) yang merupakan berbagai ormas Islam berencana kembali menggeruduk Istana siang nanti, untuk meminta Ahmadiyah dibubarkan. Mereka bahkan mengancam akan menginap di depan Istana. Namun Polda Metro Jaya tak akan mengizinkan hal itu.

"Tidak boleh nginap. Kalau mau nginap, sesuai dengan ketentuan UU tentang kebebasan mengungkapkan pendapat di muka umum. Di situ, diatur mengenai waktu untuk demonstrasi hanya sampai pukul 5 sore," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Baharuddin Djafar, kepada wartawan di Mapolda Metro, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (1/3/2011).

Namun jika massa tetap nekat untuk menginap, polisi tidak akan segan-segan untuk membubarkan aksi. Pembubaran ini dilakukan agar tak menganggu kepentingan masyarakat yang lain.

"Jika aksi lebih dari itu (jam 5 sore), kita akan melakukan tindakan sesuai dengan ketentuan, membubarkan aksi tersebut," tegas Baharuddin.

Baharuddin mengungkapkan, berdasarkan laporan yang masuk, FUI yang merupakan gabungan FPI dkk akan aksi di 2 titik. Massa terlebih dulu berkumpul di Bundaran HI, lalu melakukan long march ke Istana Merdeka. Massa yang akan aksi diperkirakan sekitar seribu orang. Sedangkan FUI sendiri mengklaim aksinya diikuti 5.000-an orang.

Mengantisipasi hal ini, polisi menyiagakan 1.700 hingga 2.000 personel. Tapi jumlah ini tergantung situasi dan masih bisa bertambah.

"Yang diturunkan ke lapangan situasional tergantung jumlah massa. InsyaAllah aman," ucapnya.

Menurut Baharuddin, massa akan diarahkan untuk memakai satu jalur jalan, yakni jalur cepat. Sementara sisi jalan tetap dipakai untuk kendaraan. Selain itu, polisi juga menyiapkan jalur alternatif, jika situasinya mendesak untuk itu.

Thursday, February 24, 2011

Irfan bachdim main sinetron

Pesepakbola Christian Gonzales telah menunjukkan kemampuan aktingnya di sinetron 'Islam KTP' produksi Multivison. Kini, pihak Multivison tengah mengejar Irfan Bachdim untuk turut terlibat.

Rencananya, Irfan akan mendapatkan porsi yang sama dengan Gonzales di sinetron tersebut. Pemain Persema Malang itu hanya akan bermain dalam 2 episode saja.

"Bukan rencana lagi, sedang kita lakukan pendekatan ke Irfan Bachdim. Tetap terus diusahakan kontraknya," ujar Humas Multivison, Aris Muda saat ditemui di Gandaria City, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (24/2/2011).

Aris optimis kalau Irfan akan bersedia main di sinetron yang ditayangkan SCTV itu. Yang terpenting tawaran tersebut tidak mengganggu aktivitas Irfan sebagai pemain bola.

"Kemunculan Irfan Bachdim di 'Islam KTP' pasti beda dengan Gonzales kemarin, nanti kita sesuaikan dengan cerita," tuturnya.

Repotnya menggusur Nurdin

Repotnya menggeser Nurdin. Ketua umum mulai zaman baheula sampai ‘baheuli’ itu tak lengser-lengser. Zaman indah memimpin. Masuk penjara ‘menggerakkan’ dari bui. Dan sekarang ‘diobrak-obrak’ pun tetap kukuh tak mau diganti.

Rekam jejak sang ketum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) itu nabrak banyak persoalan. Dari sisi Undang-undang terbilang menyimpang. Dan dari sisi etika serta moral, selayaknya tidak perlu ‘diteriaki’ harus sudah undur diri. Ini belum kalau dipertalikan dengan gengsi sebuah organisasi.

Tapi itulah yang terjadi. Nurdin tetap memimpin. Berkali-kali pertemuan yang digelar PSSI tetap mengukuhkannya. Akhirnya tidak cuma pribadi Nurdin yang dianggap ‘ndablek’, tetapi juga institusi sepak bola ini.

Aib itu (ketidaksukaan yang dipelihara), kian jauh berkembang. Setelah gelaran Piala AFF yang finalnya mempertemukan Indonesia dan Malaysia, Nurdin dengan gagah bilang, bahwa sukses itu berkat Partai Golkar. Ini implisit ‘diamini’ Ketum Partai Golkar Aburizal Bakrie yang tidak menyangkalnya.

Akibat itu, aib ini bak bola salju. Tebaran tidak sekadar di pribadi Nurdin dan PSSI, tetapi juga merambat pada Partai Beringin. Dan spekulasi yang berkembang pun membulat, Nurdin ‘ngotot’ di PSSI dan kuat menjaga posisinya karena didukung Partai Golkar. Partai ini pun otomatis dicap sebagai ‘pendorong’ sikap ndablek.

Sekarang ini, ya atau ya, semua orang akan bilang keruwetan PSSI akibat Nurdin yang didukung Partai Golkar. Itu pangkal pengurusnya disindir tak mau minggir. Dicibir dianggap ekstra pudding. Digebrak, penggebraknya balik dituding. Malah prestasi minor pun bukan alasan untuk cabut sebagai ketum.

Terlalu lama memang PSSI diurus orang itu-itu saja. Saking lamanya sampai ada yang berasumsi PSSI itu sudah ‘dinotariskan’ menjadi badan usaha. Usaha yang diurus pengurus. Sahamnya dipegang pengurus. Dibagi-bagi pengurus. Dividen dinikmati bareng-bareng. Dan ‘pasti’ untung karena ‘dibiayai’ pemerintah. Nurdin Halid adalah pemegang saham mayoritas.

Kalau benar begitu, maka dia tak akan bisa diganti. Kata dalang, kopat-kapito koyok ulo tapak angin. Jungkir balik kayak ular sakti di udara, tak bakalan Nurdin bisa digeser. Sebab PSSI itu ‘perusahaan pribadi’. Mau diapakan saja tergantung yang punya, yaitu Nurdin Halid dan kawan-kawan.

Patut diduga seperti itu karena sulitnya untuk merombak tatanan yang sudah tak disukai di mana-mana ini. Dari pertemuan ke pertemuan ‘disetting’ agar pengurus tetap yang ada, dan itu mencolok sejauh dari laporan yang disampaikan media.

Dan mendekati kongres PSSI hari-hari ini, tim verifikasi ternyata ‘sejalan’ dengan Nurdin Halid. George Toisutta dan Arifin Panigoro dinyatakan tidak lolos. Mereka bukan ‘orang bola’, dan kalaulah orang bola, belum memenuhi syarat ‘umur’.

Dari empat calon ketua umum PSSI itu hanya dua yang lolos. Selain Nurdin Halid, satu lagi adalah Nirwan Bakrie. Memang betul yang terakhir ini pecinta bola dan sebagai wakil Nurdin di PSSI. Namun karena ucapan Nurdin ‘meng-Golkar-kan’ PSSI dan kebetulan Nirwan adalah adik Ical Ketum Partai Golkar, maka sinyal rakyat tepat sasaran. Aburizal Bakrie, dan tentu, Partai Golkar ada di belakang ‘kekisruhan’ institusi sepak bola ini.

Di detik-detik terakhir ini, Menpora Andi Mallarangeng mulai bicara atas nama pemerintah. Dia menyoal tidak lolosnya George Toisutta dan Arifin Panigoro. Untuk itu Andi mendesak komisi banding mengubah hasil verifikasi. Adakah ini akan berhasil menggeser Nurdin Halid?

Rasanya Nurdin akan tergeser. Tapi lengsernya Nurdin sebagai Ketum PSSI nanti akan membawa luka. Kebesaran Partai Golkar ikut ternodai. Biarpun agak sedikit terobati jika Nirwan yang sibuk itu jadi dan mengakomodasi George Toisutta. Apa benar begitu?

PSSI memang bukan partai politik. Bagi yang berpolitik di sini butuh kemasan untuk mengesankan fair-play. ‘Mempolitisirnya’ juga perlu kecanggihan, agar rekayasa tidak tampil telanjang sebagai ‘cara menguasai’, tapi hadir sebagai ‘strategi’ mens sana in corpore sano. Hanya sayang, kemampuan terakhir ini sekarang mulai hilang dari Partai Golkar.

KONI Sumsel Promosi SEA Games di Bali

Kota Palembang memilih Bali sebagai salah satu tujuan road show SEA Games 2011. Tuan rumah berharap wisatawan asing yang berlibur di Bali melanjutkan perjalanan wisata ke Palembang untuk menyaksikan event olahraga se-Asia Tenggara ini.

Palembang bersama Jakarta menjadi tuan rumah SEA Games mulai 11 November 2011. Tuan rumah menggelar road show ke Yogyakarta, Medan, Kuala Lumpur, dan Bali.

Bali dipilih menjadi salah satu tujuan road show SEA Games agar bisa menjaring wisatawan mancanegara berlibur ke Palembang.

"Kita bisa bekerja sama dengan Bali membuat paket perjalanan wisata Bali-Palembang karena olah raga juga merupakan tontonan menarik bagi wisatawan. Turis yang berlibur ke Bali bisa melanjutkan perjalanan ke Palembang," kata Ahmad Rizal, Wakil Ketua KONI Sumatera Selatan pada acara road show di Hotel Kartika Plaza, Kuta, Kamis (24/2/2011).

SEA Games di Indonesia mempertandingakan 44 cabang olah raga. Sebanyak 22 cabang olah raga dipertandingkan di Jakarta dan 22 cabang olahraga di Palembang.

Cabang olah raga yang berlangsung di Palembang antara lain aquatic, tinju, menembak, tenis, voli pantai, panjat tebing, bulutangkis, dan karate. Atlet yang bertanding di Palembang sebanyak 1.500 orang sedangkan jumlah atlet dan ofisial sebanyak 10 ribu orang.

Semua atlet dan ofisial akan ditempatkan di Wisma Atlet yang memiliki satu lokasi dengan venue dari 22 cabang olah raga. Wisma atlet dibangun berstandar hotel. Semua atlet ditempatkan di satu lokasi supaya mudah mencapai akses ke venue. "Masuk ke wisma atlet sangat ketat sehingga pola makan dan istirahat mereka tidak terganggu," kata Rizal.

Pembangunan venue yang menampung 22 cabang olah raga diperkirakan menelan dana Rp 3 triliun. Sebesar 80 persen, tak menggunakan dana dari APBD dan APBN. "Kita hanya menggunakan dana sebesar Rp 300 miliar dari APBN untuk membangun pelebaran jalan ke venue dan Rp 50 miliar dari APBD. Venue diperkirakan akan selesai dibangun pada Agustus 2011," tutupnya.